Manusia butuh berkomunikasi dengan orang lain untuk bertahan hidup. Adanya fungsi komunikasi mendorong manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara antar budaya. Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dimana setiap budaya mempunyai cara berkomunikasi yang berbeda satu sama lain. Teori komunikasi antar budaya membahas adanya fenomena terjadinya antara lain culture shock dan stereotype. Selepas SMA, memasuki usia 17 hingga 18 tahun, banyak remaja yang melanjutkan studi di luar negeri, terutama Amerika sebagai negara tujuan kedua terfavorit bagi mahasiswa Indonesia. Penelitian ini membahas adanya pengaruh interaksi sosial didalam culture shock dan stereotype yang terjadi oleh mahasiswa Indonesis semasa studi di Amerika. Dengan metode penelitian kuantitatif, hasil penelitian menunjukan bahwa setiap individu mengalami culture shock dan stereotype semasa studinya di Amerika. Adanya tingkatan dan cara beradaptasi yang berbeda-beda dalam menghadapi culture shock yang dialami serta Stereotype yang dialami oleh mahasiswa Indonesia membuat adanya pengaruh interaksi sosial yang terjadi. Semakin tinggi keinginan mahasiswa Indonesia berinteraksi, semakin tinggi juga tindakan berinteraksi sosial yang dilakukan. Semakin tinggi culture shock dan stereotype yang dialami, semakin tinggi juga tindakan yang dilakukan oleh seorang individu. Maka dari itu, setiap mahasiswa Indonesia dapat meminimalisir terjadinya culture shock dan stereotype melalui tindakan berinteraksi sosial.

Kata Kunci : Mahasiswa Indonesia, Amerika, Culture Shock, Stereotype, Interaksi Sosial