Pandemi COVID-19 yang berlangsung sejak tahun 2019 telah membuat banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dalam aktivitas beribadah. Gereja Katolik yang sebelumnya sudah mengalami penurunan jumlah umat, semakin terpuruk karena kehadiranpandemi COVID-19. Anak muda yang merupakan calon pemimpin Gereja di masa depan cenderung menganggap bahwa kehadiran Gereja tidaklah penting. Oleh karena itu, Gereja terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya hidup menggereja kepada semua lapisan masyarakat, tetapi mengalami kesulitan, khususnya dalam menjangkau anakmuda. Pandemi COVID-19 membuat Gereja Katolik keluar dari zona nyaman dan mulai melaksanakan misa secara online dan berbagai bentuk kegiatan digital ministry. Penelitian ini melihat mengapa Gereja perlu melakukanfungsi Public Relations untuk menjangkau anak muda untuk ikut beribadah, bagaimana Gereja mengupayakan setiap modal yang dimiliki agar dapat menjangkau anak muda berdasarkan konsep capital dari Pierre Bourdieu, dan implementasi Public Relations oleh Gereja di dalam arena pelayanan digital yang diperuntukkan khusus bagi anak muda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan wawancara semi-terstruktur. Melalui penelitian ini, dapat dilihat bahwa Gereja memiliki 3 dari 4 modalpada konsep capital dari Pierre Bourdieu, yaitu modal budaya, modal sosial,dan modal simbolik. Selain itu, arena yang digunakan oleh Gereja adalah media sosial dan pertemuan fisik.

Kata Kunci: Gereja, Anak Muda, Public Relations, Pierre Bourdieu.