Kasus kekerasan seksual merupakan sebuah fenomena gunung es dari budaya victim blaming yang cukup kuat di Indonesia yang mengakibatkan penyintas atau korban takut untuk melaporkan atau bahkan bercerita. Oleh karena itu, Lentera Sintas Indonesia sebagai sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengambil peran untuk membantu pemerintah dalam upaya mengajak masyarakat untuk berani memulai pembicaraan mengenai kasus kekerasan seksual sehingga menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi penyintas kekerasan seksual dan menghentikan budaya victim blaming. Lentera Sintas Indonesia melalui kampanye “Mulai Bicara” khususnya program RoadshowMPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang berusaha memberikan edukasi dan melakukan upaya persuasi bagi para pelajar SMP, SMA, dan SMK, dimana hasil survei yang telah dilakukan menunjukkan bahwa korban kekerasan seksual yang tertinggi berada di bawah usia 18 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya persuasi yang digunakan oleh Lentera Sintas Indonesia pada program Roadshow MPLS di SMA Fons Vitae 1 Jakarta Timur berdasarkan teori Elaboration Likelihood Model dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lentera Sintas Indonesia di SMA Fons Vitae 1 Jakarta Timur menggunakan dua rute persuasi yaitu rute pusat (central route) dan rute periferal (peripheral route) dalam kegiatannya tetapi lebih dominan dalam penggunaan rute pusat yang juga dipengaruhi oleh faktor komunikan.

Kata kunci: Komunikasi persuasif, kampanye, Elaboration Likelihood Model