Perbandingan Branding Keindonesiaan Dalam Mata Uang Kertas Rupiah

About Us

LSPR (London School of Public Relations) is a private educational institution based in Indonesia, primarily focused on communication, public relations, and related fields. An "institutional repository" typically refers to a digital collection of an institution's scholarly and creative output, including research papers, theses, publications, and other academic materials.If LSPR has established an institutional repository, it would serve as a platform to showcase and preserve the intellectual work of the institution's students, faculty, and researchers. This repository could be used to centralize.

"It's a space where ideas flourish."

Hadylaya, Michael Herdi (2023) Perbandingan Branding Keindonesiaan Dalam Mata Uang Kertas Rupiah. PGP-Thesis thesis, LSPR Communication and Business Institute.

Full text not available from this repository.

Abstract

"Penelitian dengan judul “Perbandingan Branding Keindonesiaan dalam Mata Uang Kertas Rupiah (Analisis Semiotika Model Peirce pada Mata Uang Kertas Rupiah Emisi 2022 dan 1992)” ini bertujuan untuk memahami bagaimana perbandingan narasi keindonesiaan digambarkan dalam tiga dekade antara 1992 dan 2022. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma interpretif dan analisis semiotika Peirce. Model semiotika Perice menegaskan bagaimana tiga komponen semiotika, yaitu tanda, objek, dan interpretan, menghasilkan makna.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uang memiliki fungsi lebih dari sekedar fungsi moneter. Uang juga memiliki fungsi komunikasi dan terdapat pesan yang disampaikan melalui uang. Penelitian ini melihat Rupiah sebagai alat menyampaikan pesan dan pesan yang disampaikan terkait dengan representasi keindonesiaan. Penelitian ini menemukan bahwa di permukaan, baik Rupiah emisi 2022 dan 1992 sama-sama menampilkan simbol-simbol yang merepresentasikan keindonesiaan. Di balik semua itu, simbol-simbol yang digunakan selain merepresentasikan keindonesiaan menampilkan juga agenda politik. Simbol untuk merepresentasikan keindonesiaan bergantung pada agenda politik, sejauh mana simbol itu selain dapat merepresentasikan keindonesiaan juga dapat merepresentasikan agenda politik penguasa. Oleh karena itu, sekalipun terpaut tiga dekade Rupiah emisi 2022 dan 1992 sama-sama menggunakan narasi keindonesiaan sebagai tampilan depan namun mengusung agenda politik rezim berkuasa di belakang narasi keindonesiaan tersebut."

Keywords : rupiah, keindonesiaan, semotika Peirce

Item Type: Thesis (PGP-Thesis)
Subjects: H Social Sciences > HT Communities. Classes. Races
Divisions: POSTGRADUATE PROGRAMME > Corporate Communication
Depositing User: Ms Kartika S
Date Deposited: 30 Jan 2024 03:59
Last Modified: 30 Jan 2024 03:59
URI: http://repository.lspr.ac.id/id/eprint/2236

Actions (login required)

View Item
View Item